Senin, 05 Januari 2009

Saatnya Kaum Muda Katolik Berpolitik

Pada tanggal 27-30 November 2008 Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia (Komkep KWI) menyelenggarakan "Temu Relawan Pendidikan Politik OMK" yang dihadiri 62 Orang Muda Katolik (OMK) dari 25 keuskupan se-Indonesia. Dalam pertemuan ini terungkap bahwa kegiatan OMK selama ini masih bergerak di seputar altar. Orang Muda Katolik yang menjadi bagian dari masyarakat, belum memainkan peran. Bahkan, sebagian besar OMK masih bersikap menjauhi politik. Bagi mereka, politik adalah urusan orang tua.

Pada hari kedua, Jumat 28/11, para peserta diajak melihat kondisi perpolitikan Indonesia bersama pengamat politik Tommy A. Legowo. Sementara Sekretaris Eksekutif Komisi Kerasulan Awam (Kerawam) KWI, Pastor Y.R. Edy Purwanto Pr menyampaikan materi Tantangan Pendidikan Politik OMK dan Spiritualitas Politik OMK. Menurut Pastor Edy, bila politik dijalankan sesuai dengan semangat dasarnya, tidak ada lagi alasan menyebut politik itu ‘kotor’. "Upaya mewujudkan kesejahteraan umum (bonum commune) adalah usaha yang baik dan luhur",tegasnya. Namun, ketika cita-cita itu dikhianati, muncul berbagai kecurangan dan manipulasi nilai yang pada gilirannya akan membuat wajah politik menjadi kusam. Lebih jauh, Pastor Edy mengatakan, berpolitik memiliki dasar spiritual dalam seluruh sejarah keselamatan manusia. Dalam Perjanjian Lama, Allah menghendaki keselamatan semua orang, yang berpuncak pada pemberian Diri Allah dalam Diri Yesus Kristus. "Keselamatan itu meliputi segala aspek dan dimensi kehidupan, termasuk kehidupan berbangsa dan bernegara," paparnya. Maka OMK sebagai bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara dipanggil mewujudkan keselamatan melalui keterlibatan dalam setiap aspek kehidupan bangsa. Salah satunya, kehidupan berpolitik. "Berpolitik merupakan profesi sekaligus panggilan. Artinya, setiap warga negara, termasuk OMK dipanggil untuk berperan maksimal, strategis, dan bertanggung jawab," tambahnya. Ia juga mengingatkan agar Komkep dengan energi mudanya menjadi bagian dari denyut demokrasi Indonesia, yang tiada henti mengalami peristiwa-peristiwa Pemilu di tingkat lokal (Pilkada) dan denyut peristiwa politik menjelang pemilu 2009. Karena itu, Menurut Pastor Edy, pendidikan politik seharusnya menjadi salah satu orientasi dalam pendampingan OMK di setiap keuskupan. "Perlu dibuat desain pendidikan politik OMK yang berkelanjutan dan berjangka panjang," ujarnya.

Pada hari ketiga, Sabtu 29/11, peserta berlatih keterampilan sebagai alternatif pendidikan politik OMK. Mereka berlatih membuat poster dan stiker politik, riset aksi partisipatoris, jingle radio, film pendek, serta aktivasi website pendidikan politik OMK di tingkat keuskupan maupun paroki sudah saatnya menguasai keterampilan praktis. Terutama untuk memperluas jaringan dan mengefektifkan penyampaian pesan-pesan politik yang berlandaskan Pancasila dan spiritualitas Katolik.
Beberapa rekomendasi hasil pertemuan ini dibacakan pada acara penutupan. Pertama, perlunya suatu desain program pendidikan politik OMK yang berjenjang dan berkelanjutan. Kedua, pentingnya dukungan hierarkhi Gereja terhadap proses pendidikan politik OMK. Ketiga, para ketua Komisi Kepemudaan keuskupan tetap memotivasi dan membuka ruang bagi pendidikan politik OMK serta mendorong keterlibatan aktif OMK dalam kegiatan politik. Keempat, OMK bagian integral gereja. Karena itu secara khusus Dewan Paroki hendaknya melibatkan OMK dalam pengambilan keputusan. Khususnya yang menyangkut karya sosial kemasyarakatan paroki. Kelima, perlunya jejaring relawan pendidikan politik OMK untuk menjadi sarana interaksi dan informasi yang dapat memperluas dan memperkuat karya pastoral tersrebut. Secara fisik, jejaring itu diwujudkan dalam website www.jejaringmudakatolik.web.id dan pertemuan berkala di tingkat regio serta provinci Gerejawi.

(Majalah Hidup edisi 14 Desember 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar